Senin, 26 Desember 2011

anggapan masyarakat mengenai pendidikan

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pendidikan bagi negara indonesia merupakan hal yang sangat penting.  Pendidikan adalah proses mengajar  dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.  Berbicara mengenai pendidikan, tentu secara tidak langsung membicarakan mengenai sekolah. Karena sekolah merupakan lembaga pendidikan formal. Karena orang yang berpendidikan adalah orang yang bersekolah dan memiliki ijazah sesuai dengan jenjang yang ia tempuh. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ia tempuh, maka semakin tinggi pengetahuan yang ia miliki. Di  sekolah, peserta didik melakukan kegiatan belajar mengajar. Selain diajarkan mengenai ilmu-ilmu alam, ilmu sosial, dan juga pendidikan jasmani, peserta didik juga diajarkan mengenai etika. Dan dari sekolah-lah kepribadian anak mulai terbentuk.

Pendidikan merupakan tujuan nasional dari bangsa indonesia. Seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 yang berbunyi “(1).  Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2).   Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.(3). Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undanga-undang. (4).  Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.(5). Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Maka, pemerintah terus mensosialisasikan akan pentingnya pendidikan bagi bangsa indonesia, karena dengan memiliki rakyat yang berpendidikan, itu berarti bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa tersebut tentulah sudah maju.
Pemerintah sudah mengupayakan banyak hal demi tercapainya tujuan nasional tentang pemerataan pendidikan, akan tetapi masih kurang dirasakan oleh orang-orang yang berada di daerah pinggiran, dimana pendidikan masih terasa kurang begitu mendapatkan perhatian khusus. Bahkan ada anggapan bahwa sekolah adalah milik orang yang ‘berduit”. Inilah yang kemudian membuat saya tertarik untuk melakukan observasi “anggapan masyarakat pinggiran mengenai pendidikan”.

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah anggapan masyarakat pinggiran mengenai pendidikan?

C.     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari observasi ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui anggapan masyarakat pinggiran mengenai pendidikan.

D.    Metode penulisan
                                    Makalah ini disusun menggunakan metode literature yakni membaca referensi dari buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan dan observasi secara langsung ke masyarakat pinngiran.
E.     Sistematika penulisan
                        Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari :
Bab I  Pendahuluan,meliputi : Latar belakang masalah, tujuan penulisan,metode penulisan,dan sistematika penulisan.
Bab II pembahasan meliputi pengertian pendidikan dan anggapan masyarakat pinggiran mengenai pendidikan.
Bab III Penutup meliputi kesimpulan dan saran

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian pendidikan
Ada beberapa pengertian mengenai pendidikan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Ki hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak.
b.      Crow and Crow menyatakan bahwa pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.
c.       John Dewey dalam bukunya democracy and education menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses yang berupa pengajaran dan bimbingan, bukan paksaan, yang terjadi karena adanya interaksi dengan masyarakat.
d.      Dictionary of education menyatakan bahwa pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk- bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.
e.       GBHN tahun 1973 menyatakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
f.       UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
(achmad munib, 2006)
B.     Anggapan masyarakat pinggiran mengenai pendidikan
Pendidikan pada dasarnya merupakan hal yang penting bagi masyarakat, terutama bagi orangtua si anak.akan tetapi bagi masyarakat pinggiran ada banyak faktor yang mengakibatkan semakin terpuruknya pendidikan. Diantaranya adalah sarana belajar, yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah, selain itu biaya sekolah yang tinggi membuat orangtua si anak enggan untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).
Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu:
· Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi.
· Langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender.
· Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.
· Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
· Langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
· Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini dianggarkan Rp 44 triliun.
· Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.
· Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan.
Langkah- langkah yang ditempuh pemerintah mungkin secara garis besar sudah dirasakan oleh sebagian besar masyarakat, tetapi tidak dengan masyarakat yang berada di daerah pinggiran. Masyarakat pinggiran menginginkan anak-anak mereka untuk bersekolah di sekolah formal seperti anak-anak lainnya, namun keadaan ekonomi yang memprihatinkan membuat para orangtua akhirnya memutuskan agar anak-anak mereka membantu perekonomian keluarga saja dan tidak perlu harus sekolah. Banyak pula anak-anak yang sekolah, dan kemudian putus sekolahnya yang disebabkan karena finansial. Pendidikan memerlukan uang, meskipun untuk uang gedung sudah dibantu oleh pemerintah dengan adanya dana BOS namun untuk pakaian, buku, transportasi, kegiatan ekstra-kurikuler dan lain-lain masih tetap memaksa para orangtua untuk mengeluarkan uang, dan untuk hal tersebut, masih dirasakan adanya keberatan oleh para orangtua.
Pada masyarakat pinggiran, banyak dijumpai anak-anak usia sekolah yang bekerja pada jam sekolah. Hal ini tidak mengherankan, karena dari pihak orngtua, keinginan untuk menyekolahkan anak-anak mereka adalah hal yang sangat kecil sekali akan terwujud. Sehingga kemudian dengan terpaksa mengerahkan anak-anak mereka untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Dan dari pihak anak, sebenarnya keinginan mereka untuk dapat mengenyam pendidikan sangatlah besar, mereka ingin sekali seperti anak-anak lainnya yang bersekolah, berangkat ke sekolah memakai seragam, sepatu, dan mendapatkan pelajaran dari bapak/ibu guru di sekolah, namun ketika mengingat bahwa keadaan ekonomi orangtua mereka pas-pasan, dan untuk bersekolah juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, maka si anak memutuskan untuk membantu orangtua bekerja demi tercukupinya kebutuhan keluarga.























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan sebagai tujuan nasional bangsa indonesia, oleh pemerintah telah diupayakan, termasuk adanya program BOS dari pemerintah yang sedikit membantu masyarakat untuk mampu merasakan pendidikan. Namun bagi masyarakat pinggiran, dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah kurang begitu dirasakan karena dalam menempuh pendidikan tidak hanya cukup dengan membayar uang gedungnya saja, seragam, alat-alat sekolah juga memerlukan uang yang banyak. Terlebih lagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Masyarakat pinggiran pada dasarnya menginginkan anak-anak mereka untuk bersekolah di sekolah formal seperti anak-anak lainnya, namun keadaan ekonomi yang memprihatinkan membuat para orangtua akhirnya memutuskan agar anak-anak mereka membantu perekonomian keluarga saja dan tidak perlu harus sekolah. Banyak pula anak-anak yang sekolah, dan kemudian putus sekolahnya yang disebabkan karena finansial.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar